Jumat, 11 September 2015

RUNTUHNYA UNI SOVIET

Tanda-tanda runtuhnya Uni Soviet sebenarnya sudah terlihat sejak pemerintahan Presiden Khrushcev. Khrushcev memberikan kebebasan yang terbatas baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya kepada rakyatnya. Hai ini mendorong rakyat Uni Soviet untuk mengubah kehidupannya dalam segala bidang yang selama ini dibelenggu kekuasaan komunis yang ketat. Beberapa sebab yang menyebabkan runtuhnya Uni Soviet adalah:

1)                  Sifat Totaliter
Pada saat berdirinya Uni Soviet merupakan negara totaliter proletariat. Pemerintahan dijalankan secara diktator, sehingga rakyat hidup dalam suasana ketakutan. Akibatnya, muncul kaum opportunis (pengjilat) untuk menyenangkan penguasa, sehingga  menghambat kemajuan bangsa. Dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh KGB (polisi rahasia) yang sangat kejam.

2)         Kemunduran Ekonomi
Perekonomian Uni Soviet menganut sistem sosialisme dan dikelola secara sentralistik. Segalanya diputuskan oleh pemerintah pusat, dari produksi, harga, sampai distribusi barang. Akibatnya, perekonomian sulit berkembang bahkan mengalami stagnasi. Tak hanya itu, pada tahun 1980 harga minyak jatuh menyebabkan Uni Soviet tidak mampu mendapatkan hasil ekspor minyak, sehingga ekonomi Uni Soviet benar-benar berhenti.

3)         Bubarnya Pakta Warsawa
Sejak April 1991, Uni Soviet membubarkan Pakta Warsawa. Dengan demikian, Uni Soviet hampir tidak memiliki kekuatan lagi. Hal ini dimanfaatkan oleh negara-negara bagian untuk memisahkan diri.

4)         Komunisme sebagai Doktrin
Tiap-tiap orang menyumbangkan tenaganya kepada negara sesuai kemampuannya, dan tiap-tiap orang akan menerima sesuai kebutuhannya. Hal ini tidak sesuai dengan sifat manusia, yang masing-masing berbuat dengan kemampuannya dan hasilnya digunakan sendiri secara bebas.
5)         Banyaknya Etnis
Uni Soviet terdiri atas 15 republik yang bergabung. Kekuasaan pemerintah pusat yang lemah karena situasinya berubah, menyebabkan negara-negara kecil dengan etnis yang bermacam-macam berusaha melepaskan diri. Negara-negara bagian yang terutama berusaha melepaskan diri adalah negara yang letaknya agak jauh dari Moskow.

6)         Teknologi Informasi
Berkembangnya teknologi elektronika berupa radio dan televise menyebabkan rakyat Uni Soviet merasa ketinggalan dengan melihat kemajuan di luar negeri. Rakyat menginginkan hak yang diperoleh sesuai dengan negara yang telah bebas.

7)         Lahirnya Generasi Baru
Generasi baru menganggap generasi tua mulai tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mereka menginginkan perubahan dan pembaruan. Totaliter, komunisme, dan sentralisasi pemerintahan dirasakan tidak sesuai lagi. Tokoh-tokoh pembaruannya yaitu, Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin. Mereka berasal dari Rusia.

8)                  Program Pembaharuan Gorbachev
Tanggal 11 Maret 1985 Mikhail Gorbachev terpilih menjadi Sekretaris Jendral Komunis dan Presiden Uni Soviet. Berbeda dengan para pemimpin Uni Soviet terdahulu, Mikhail Gorbachev bukanlah orang yang absolutis dan dictator. Namun, ia penuh keterbukaan. Pada awal kepemimpinannya, Gorbachev dihadapkan pada situasi didalam negara dan hubungan Uni Soviet dengan luar negeri yang buruk, antara lain:
·         Situasi Dalam Negeri
a. Produktivitas menurun
b. GNP negara tersebut mengalami penurunan
c. Birokrasinya sangat berbelit
d. Chernobyl mengalami kebocoran



·          Hubungan Uni Soviet dengan Luar negeri
Uni Soviet juga mengalami masa-masa yang buruk dan hubungan luar negerinya, yaitu:
a.  Masalah Afganistan
b.  Masalah Kampuchea
c.  Masalah Pakta Warsawa
d.  Masalah Tanduk Afrika
e.  Masalah Amerika Latin dan
f. Masalah tuntunan penjelasan dari semua negara tentang pencemaran yang
    
ditimbulkan oleh kebocoran reactor nuklir di Chernobyl.
Dengan adanya masalah-masalah diawal pemerintahannya tersebut, maka Gorbachev  mencoba melakukan pembaharuan di bidang politk dan ekonomi melalui :
1.   Perestroika, yaitu menata kembali berbagai kebijakan di semua bidang kehidupan.
2. Glasnot bermakna membuka diri dari pergaulan internasional dan memperluas
      partisipas
i masyarakat dalam negara.
3.  Demokratisasi, yakni memperlakukan sama terhadap semua warga negara untuk
       menyampaikan gagasan atau pandangan terhadap semua kebijakan pemerintahan.
Melalui Glasnost dan perestroika, Gorbachev mempunyai maksud menampilkan Komunisme Uni Soviet dalam bentuk baru, tetapi program ini mendapatkan masalah yang serius di dalam negerinya.
Tanggal 19 Agustus 1991 terjadi percobaan Kudeta dengan dalih Gorbachev kurang sehat oleh Wakil Presiden Genadi Yenayev yang didampingi oleh kelompok komunis. Tindakan pengambilalihan kekuasaan ini mendapat tentangan keras dari rakyat di bawah pimpinan Presiden Republik Rusia yaitu Boris Yeltsin. Kudeta ini akhirnya berhasil digagalkan.

9)                  Pembubaran Uni Soviet
Setelah menjadi Presiden kembali, Gorbachev melepaskan jabatannya sebagai Sekretaris Jendral Partai Komunis dan memerintahkan pembekuan segala aktivitas Partai Komunis dan penyitaan semua kekayaan partai. Sementara negara bagian, kecuali Rusia dan Kazhaksthan, mengumumkan kemerdekaannya.
Tanggal 5 September 1991 diadakan Konggres wakil Rakyat untuk membicarakan pembubaran pemerintahan pusat warisan Lenin. 5 negara bagian tidak ambil bagian dalam sidang tersebut, yaitu: Lithuania, Estonia, Latvia, Georgia, dan Moldova. Sementara Lithuania, Estonia, dan Latvia telah mendapatkan kemerdekaannya dari Uni Soviet tanggal 6 September 1991. Georgia dan Moldova menolak mengikuti perundingan karena sedang memperjuangkan pemerintahan sementara di wilayah masing-masing.
Kongres tersebut sepakat membentuk Uni negara yang berdaulat, namun kesepakatan tidak berlaku karena keutuhan Uni Soviet tidak bisa dipertahankan lagi. Desember 1991, Gobachev semakin tidak mampu mengatasi perpecahan Uni Soviet. Akhirnya pada tanggal 18 Desember 1991, Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin sepakat membubarkan Uni Soviet yang ditandai dengan penurunan bendera Uni Soviet dan dikibarkan bendera Rusia, selanjutny membentuk persemakmuran negara-negara merdeka bernama CIS (Commonwealth of Independent States). Runtuhnya Uni Soviet menandai berakhirnya perang dingin/cold war.



PERBEDAAN NATO (AMERIKA) DAN PAKTA WARSAWA (UNI SOVIET)

1.      Anggota negara Amerika dan Uni Soviet yang berbeda
Amerika membentuk NATO dengan mengajak beberapa negara untuk bergabung. Negara-negara yang bergabung dengan Amerika disebut Blok Barat. Anggota Negara yang termasuk didalamnya, seperti: Inggris, Belgia, Belanda, Perancis, Denmark, Italia, dan Jerman Barat.
Negara-negara yang menjadi sekutu dari Uni Soviet antara lain Jerman Timur, Hungaria, Polandia, Bulgaria, Ceko, dan Lutvia. Mereka dikenal sebagai Negara Negara Blok Timur.

2.      Paham yang berbeda
NATO adalah sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949 oleh Amerika Serikat. Amerika serikat dan sekutunya mendirikan NATO dengan berlandaskan paham Liberalis-Kapitalis. Paham Liberal merupakan paham yang mengutamakan kebebasan setiap individu dan Kapitalis sebagai paham yang membebaskan pemilik modal untuk meraih dan mencari keuntungan pribadi.
            Tak ingin kalah dengan Amerika (NATO), Uni Soviet juga mendirikan Pakta Warsawa pada tahun 1955. Uni Soviet menggunakan paham Komunis-Sosialis.yang membatasi hak milik pribadi namun menekankan kepemilikan bersama. Hal itu dapat dilihat dari Negara yang mengelola perusahaan untuk mencapai keuntungan, yang kemudian dibagi sama rata kepada rakyatnya.

3.      Bentuk Pemerintahan yang berbeda
Paham kebebasan tiap individu yang dianut oleh Amerika menyebabkan terbentuknya pemerintahan demokrasi sehingga keputusan yang diambil berdasarkan aspirasi bersama, seperti adanya kebebasan berpendapat, adanya perlindungan hak individu, dan adanya perwakilan rakyat dalam pemerintahan.
Uni Soviet dengan berpegang teguh pada paham Komunis-Sosialis mendorong terbentuknya sebuah pemerintahan diktator, dimana orang-orang harus tunduk pada penguasanya beserta aturan-aturan yang dibuat.

4.      Tujuan yang berbeda
Amerika membentuk NATO pastinya memiliki satu tujuan utama yaitu membendung adanya paham komunis yang disebarkan oleh Uni Soviet sehingga Negara-Negara di Eropa Barat (Amerika Serikat,Belgia,Denmark,Irlandia,Perancis) terlindungi dari ekspansi komunis.
Pakta Warsawa bentukan Uni Soviet pada tahun 1955 mempunyai tujuannya sendiri yaitu menolak adanya liberalis-kapitalis dengan cara mengembangkan atau memperluas komunis di Eropa.

5.      Rencana pemberian bantuan yang berbeda
Awal 1947 Amerika akan memulihkan perekonomian Negara-Negara di Eropa maupun Asia yang terkena dampak dari Perang Dunia II. Atas usulan George Marshall, Amerika membuat rencana program ekonomi skala besar yang dikenal dengan Marshall Plan. Program Marshall Plan menyatakan bahwa pemulihan ekonomi di Eropa sangatlah bergantung pada ekonomi yang terpusat di Jerman.
Uni Soviet membuat rencana Molotov untuk menandingi Marshall Plan. Berbeda dengan Marshall Plan yang ditujukan pada semua Negara Eropa, Rencana Molotov ditujukan pada Negara-Negara di Eropa Timur saja. Uni Soviet mengirimkan bantuan-bantuan kepada Negara-Negara Eropa Timur supaya mereka tidak menerima bantuan program Marshall Plan.

6.      Jumlah persenjataan konvensional yang berbeda
Saat perang dingin berlangsung, Amerika memiliki persedian senjata konvensional yang cukup banyak. Tank berjumlah 17.000 siap digunakan oleh sekutu Amerika yang dilengkapi dengan 9.500 senjata artileri, 6.300 senjata anti pesawat udara, 1.800  pelontar rudal darat ke udara, dan 350 pelontar rudal darat ke darat.
Namun persenjataan milik Uni Soviet lebih unggul dibandingkan oleh Amerika (NATO). Dapat diketahui dari adanya persediaan Tank berjumlah 45.000 siap digunakan oleh sekutu Amerika yang dilengkapi dengan 19.400 senjata artileri, 6.500 senjata anti pesawat udara, 6.300 pelontar rudal darat ke udara, dan 1.200 pelontar rudal darat ke darat. Jadi, disimpulkan jumlah persenjataan konvensional yang dimiliki antara Amerika dan Rusia berbeda.


KEBEBASAN BERAGAMA DI RUSIA PASCA RUNTUHNYA UNI SOVIET

Rusia adalah sebuah negara besar dengan wilayah seluas 17.075.400 km². Negara tersebut memberikan arti penting dalam perkembangan ilmu sejarah sosial, politik, ekonomi,dan budaya untuk Rusia, Asia, dan Eropa. Peristiwa “Revolusi Rusia 1917” merupakan revolusi besar yang berpengaruh pada belahan dunia ini. Setelah kaum Bolshevik menang dalam Perang Sipil Rusia pasca revolusi, Uni Soviet didirikan pada tanggal 30 Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSFS Transkaukasia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia. Namun, Uni Soviet mengalami guncangan hingga bubar setelah mengalami Perang Dingin dengan Amerika Serikat pada tahun 1991. Hal tersebut diawali dengan Uni Soviet yang mengalami kemunduran ekonomi, negara ini mencoba untuk melihat kembali prinsip-prinsip dasar ideologinya. Di bawah kepemimpinan Gorbachev, Uni Soviet berusaha untuk bangkit menjadi Negara yang besar di dunia. Dengan digulirkannya Perestroika (menata kembali berbagai kebijakan di semua bidang kehidupan) dan Glasnot  (keterbukaan dari pergaulan internasional dan memperluas partisipasi masyarakat dalam Negara) oleh Gorbachev menimbulkan banyak perubahan di Rusia. Tampaknya keinginan Gorbachev untuk menjadikan Uni Soviet menjadi negara maju dengan dua prinsip tersebut justru menjadi sebaliknya, dibuktikan dengan terjadinya disintegrasi atau perpecahan negera adidaya ini hingga terpecah-pecah menjadi negara-negara yang memiliki kemerdekaan sendiri-sendiri, itulah menandai berakhirnya Era Perang Dingin (Cold War) antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat.
Sejak diterapkannya Perestroika dan Glasnost yang dicetuskan oleh Presiden Gorbachev pada tahun 1991, kehidupan manusia dari segala aspek mengalami perubahan. Salah satunya kehidupan keagamaan di Rusia menemukan momentum baru. Kehidupan agama yang semula selalu ditekan di bawah pemerintahan komunis, sekarang bermunculan ke permukaan sosial dengan penuh antusias. Dulunya, Uni Soviet mengarahkan rakyatnya untuk antiagama (sikap perlawanan terhadap agama). Pemerintahan komunis sangatlah keras dan tegas dalam menjalankan kebijakan tersebut. Pada saat periode Stalin sekitar tahun 1930, mereka tak segan-segan membakar maupun menghancurkan tempat ibadah dan diganti dengan fasilitas museum antiagama. Tak hanya itu, rakyat yang memeluk salah satu agama dan turut melakukan segala kegiatan yang menyangkut agamanya akan dianiaya dan dibunuh hingga meninggal dunia. Berbeda dengan sekarang, setelah Uni Soviet runtuh, pemerintahan di Rusia tidak lagi tertutup. Pemerintah membebaskan rakyatnya untuk menerima dan menjalankan hal yang lain, yaitu agama. Hal ini bisa dilihat dari masyarakatnya yang tidak lagi takut-takut mengenalkan identitas agamanya secara bebas. Negara Federasi Rusia dengan penduduk sekitar 140 juta, terdiri atas 71,8% Kristen Ortodoks,18% Islam, 1,8% Katolik, 0,7%Protestan, 0,6% Buddha, 0,3% Yahudi, 0,9% beragam sekte, sisanya tanpa agama. Di Rusia, undang-undang dan konstitusi tentang keagamaan Federasi Rusia hanya mengakui empat agama tradisional, yaitu Kristen Ortodoks, Islam, Buddha, dan Yahudi.
Pemerintah Rusia pun menyadari benar bahwa perkembangan keagamaan di negaranya akan berpengaruh dalam bidang sosial budaya dan perpolitikan, sehingga untuk tetap menjaga persatuan Rusia sebagai negara berdaulat, negara ini menempuh kebijakan strategis yakni dengan merangkul semua agama yang ada.  Hubungan antar agama-agama yang disebut sebagai agama tradisional di Rusia berlangsung cukup harmonis. Hingga saat ini belum ada dengan konflik yang berkepanjangan, karena kuatnya dukungan dan perhatian dari pemerintah bagi agama-agama yang ada. Salah satu contoh yaitu dukungan Pemerintah kepada umat Islam dengan menambah jumlah masjid, memberi fasilitas kegiatan pengiriman calon jemaah haji, dan mendukung aliansi Islam. Kini pemerintah Rusia dan rakyatnya bekerjasama menjaga toleransi antar agama. Pemerintah Rusia pun gencar mempromosikan toleransi antar umat beragama dengan cara merangkul gereja Kristen Ortodoks, yang menjadi agama terbesar di Rusia. Tak hanya itu saja, aliansi muslim di Rusia juga turut menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama. Mereka percaya bahwa hal ini dapat menciptakan suatu kerukunan warga negara dan mampu membuat suatu Negara menjadi maju dan besar, karena perpecahan apapun termasuk perpecahan agama di antara warga Negara bisa mengancam kesatuan Rusia. Jadi bisa disimpulkan bahwa runtuhnya Uni Soviet yang salah satu penyebabnya karena munculnya pemikiran-pemikiran yang mengacu pada liberalisme, sangatlah berpengaruh positif bagi Rusia dan rakyatnya untuk bebas memeluk agamanya masing-masing.

REVOLUSI AMERIKA 1776

Revolusi Amerika merupakan tuntuan kemerdekaan yang diluncurkan oleh tiga belas koloni Amerika (New Hampshire, Massachussets, Rhode Island, Connecticut, New York, New Jersey, Pennyslvania, Delaware, Maryland, Virginia, North Carolina, South Carolina, dan Georgia). Revolusi Amerika ini mencapai puncaknya pada tanggal 4 Juli 1776. Revolusi tersebut termasuk salah satu revolusi besar yang tercatat dalam sejarah dunia. Hal itu disebabkan revolusi Amerika mempunyai dampak yang sangat besar di kawasan Amerika, Eropa, dan belahan dunia lainnya.
Pada waktu itu, pemerintahan Inggris membuat kebijakan-kebijakan yang ditujukan kepada ketigabelas koloni Amerika. Dalam bidang ekonomi, Inggris memungut pajak yang sangat tinggi di daerah koloni Amerika. Pemungutan pajak dilakukan semata-mata untuk menutupi kekosongan kas pemerintahan Inggris akibat perang tujuh tahun dengan Perancis. Selain itu, Inggris mencampuri urusan-urusan politik di daerah koloni Amerika dalam pemilihan gubernur, hakim, dan pembuatan aturan perundang-undangan. Saat itu, Inggris juga turut melakukan pemaksaan agama yaitu agama Kristen Anglikan terhadap rakyat koloni Amerika. Kebijakan Inggris itulah yang membuat keresahan ketigabelas koloni Amerika sehingga mendorong mereka melakukan pemberontakan terhadap parlemen Inggris.
            Ketika koloni-koloni Amerika menolak segala kebijakan Inggris dengan aksi protes, Inggris tetap bersikap keras untuk menggunakan daerah koloni Amerika sebagai sumber keuangannya. Penduduk koloni Amerika pun tidak patah semangat dalam memperjuangkan hak-haknya, akhirnya mereka sepakat membentuk suatu dewan yang bernama “The Continenal Congress” pada September 1774. Dewan tersebut merupakan wakil dari tigabelas koloni Amerika. Pada waktu itu, dewan kongres mengadakan pertemuan di Philadelphia yang menghasilkan dua keputusan yaitu: menghentikan hubungan dagang Inggris, jika pemerintah Inggris tidak menghapuskan aturan pajak yang membelenggu koloni dan menyerukan agar setiap koloni menyiapkan warganya berlatih perang.
Dalam suasana bentrokan antara ketigabelas koloni Amerika dan pasukan Inggris, pada bulan Mei 1775 kongres kembali bertemu. Semangat untuk mendeklarasikan kemerdekan dari Inggris semakin meningkat setelah terinspirasi oleh tulisan Thomas Paine. Tulisan tersebut berisi tidak hanya penolakan sistem kerajaan dan Raja Inggris, melainkan gagasan-gagasan tentang hakekat kerajaan Inggris yang dianggap tidak cocok bagi Amerika. Orang-orang Amerika diminta untuk berfikir lebih rasional dengan menentang bentuk Kerajaan Inggris dan membentuk suatu pemerintahan baru berbentuk Republik yang diperintahkan oleh orang-orang Amerika sendiri. Oleh karena itu, dewan kongres memutuskan untuk memisahkan diri dari tangan Inggris. Walaupun pada awalnya tidak semua anggota menyetujui untuk merdeka dari Inggris, namun terdapat empat anggota kongres sebagai pelopor-pelopor yang menumbuhkan semangat untuk merdeka yaitu Thomas Jefferson, John Adams, James Wilson, dan Alexander Hamilton.
Kesepakatan merdeka dari Kerajaan Inggris mengakibatkan kongres mengeluarkan resolusi Richard Henry Lee dari Virginia yang menegaskan hak ketigabelas koloni Amerika untuk merdeka sebagai suatu Negara serikat. Resolusi tersebut menjadi salah satu bagian dalam rancangan Deklarasi Kemerdekaan yang disetujui oleh kongres pada 2 Juli 1776. Rumusan Deklarasi Kemerdekaan selesai dibentuk oleh dewan kongres, sehingga presiden kongres yaitu John Hancock mengesahkannya tepat tanggal 4 Juli 1776. Akhirnya Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence) dikumandangkan di hadapan warga tigabelas koloni Amerika di State House.
            Adanya Revolusi Amerika mengakibatkan seluruh bangsa menegaskan pentingnya pengakuan hak asasi manusia, seperti yang tertuang pada Deklarasi Kemerdekaan Amerika bahwa “Semua manusia sama-sama memiliki hak yang tidak dapat diganggu gugat, yaitu hak hidup, bebas, dan mengejar kebahagiaan”. Pada saat itu, Amerika membeda-bedakan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam. Orang kulit hitam dianggap lebih rendah sehingga sering kali dijadikan budak dimana-mana, seperti di New York. Namun Deklarasi Amerika menyadarkan mereka untuk menghargai hak orang lain. Hal itu berpengaruh pada seluruh dunia, kini setiap Negara melindungi hak-hak setiap warganya. Kebijakan Negara melarang segala hal perbudakan, kekerasan, penindasan, dan tindakan kriminal lainnya yang mampu merampas hak tiap individu. Negara juga menetapkan hukuman dalam Undang-Undang bagi warganya yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia.  
Merdekanya Negara-negara terjajah juga merupakan akibat dari Revolusi Amerika. Kegigihan dan kekompakan ketigabelas koloni Amerika melawan penjajahan Inggris memotivasi Negara-negara terjajah di dunia ini untuk meraih sebuah kemerdekaan. Revolusi Amerika mampu menyadarkan seluruh bangsa di dunia bahwa untuk mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa tidak mungkin diperoleh dari tangan penjajah, tetapi harus diperjuangkan dengan kekuatan sendiri.

Revolusi Amerika pun menyebabkan lahirnya berbagai macam ide maupun paham, Ide demokrasi menegaskan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat sangatlah berperan besar bagi seluruh Negara di belahan dunia, salah satunya di Indonesia. Indonesia berbentuk Republik menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya untuk melindungi dan memenuhi hak-hak warganya sehingga terciptalah sebuah kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Gagasan ide liberal juga tersebarluas akibat perubahan besar-besaran yang dilakukan koloni Amerika itu. Tuntutan koloni Amerika mengenai kebebasan individu mendorong seluruh bangsa memegang erat ide tersebut. Seluruh bangsa berhak bebas menentukan hidupnya masing-masing seperti kebebasan dalam beragama, kebebasan dalam mengemukakan pendapat, dan kebebasan dalam memperoleh pekerjaan. Hal-hal tesebut membuktikan bahwa Revolusi Amerika membawa pengaruh besar bagi kehidupan seluruh bangsa di dunia ke arah yang lebih baik.

STRATEGI MEMBAWA INDONESIA LEBIH MAJU

“Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia”. Itulah pernyataan Ir. Soekarno yang menegaskan bahwa pemuda sangatlah berperan penting dalam kemajuan bangsa dan Negara Indonesia. Suatu Negara bisa dikatakan baik ataupun buruk dilihat dari kualitas para pemudanya, karena generasi muda merupakan penerus bangsa dan Negara ini.
Pada masa era reformasi, pemuda khususnya mahasiswa selalu berperan dalam perubahan-perubahan di Indonesia. Melalui pembentukan organisasi, para pemuda mampu menuangkan segala ide dan gagasannya untuk membentuk Indonesia menjadi Negara yang lebih baik lagi, salah satunya yaitu Organisasi Budi Utomo yang dibentuk pada tanggal 20 Mei 1908 yang anggotanya banyak dari mahasiswa STOVIA.
Semangat para pemuda pada waktu itu sangatlah kuat dirasakan oleh Indonesia. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pemuda masa kini. Semangat dan kreatif yang dimiliki tiap-tiap pemuda makin menghilang karena lunturnya moral dan pengaruh budaya asing. Sebagai generasi muda Indonesia sudah sepantasnya ikut serta dalam membawa Negara Indonesia tercinta ini menjadi Negara yang lebih maju, yang mampu bersaing di kancah Internasional.
Organisasi-organisasi yang bertaraf Internasional di Indonesia perlu dibentuk oleh generasi muda pada saat ini. Organisasi bertaraf Internasional memiliki arti bahwa organisasi yang memenuhi standart tertinggi sehingga mampu bersaing di seluruh dunia. Untuk menghadapi persaingan di tengah situasi krisis saat ini, tidak ada satu strategi pun yang lebih ampuh selain menyatukan segenap kekuatan kreativitas yang dimiliki generasi muda untuk melakukan inovasi-inovasi baru dalam suatu organisasi.
Kreativitas tiap pemuda Indonesia sangatlah penting, ditambah dengan adanya suatu strategi organisasi. Penyatuan potensi-potensi pemuda Indonesia dalam sebuah organisasi dipandang akan memberikan pengaruh  yang lebih unggul bagi kemajuan Indonesia. Misalnya saja, generasi muda Indonesia menciptakan organisasi baru yang bergerak dalam bidang ekonomi yaitu Himpunan Pebisnis Muda. Melalui organisasi tersebut, pebisnis-pebisnis muda di Indonesia mampu bersama-sama menciptakan berbagai strategi untuk membangun Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi. Strategi tersebut bisa berupa ide atau gagasan dalam memproduksi barang dengan sebuah ciri khas dan yang dibutuhkan banyak orang sehingga mampu menembus pasar nasional hingga Internasional. Itulah strategi membawa Indonesia lebih maju melalui organisasi bertaraf Internasional yang perlu didirikan di Indonesia.


PENGARUH ORGANISASI INTERNASIONAL TERHADAP INDONESIA

PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) termasuk organisasi internasional yang berpengaruh bagi dunia, salah satunya yaitu Indonesia. Bertahannya kemerdekaan Negara Indonesia tidak terlepas dari pengaruh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dibentuk tanggal 24 Oktober 1945 itu. Pasalnya, dari masa pemerintahan Orde Lama yang dipimpin oleh Soekarno, PBB memegang pengaruh penting bagi kepentingan Indonesia. Adanya organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mampu mendukung Indonesia untuk memperoleh pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia, yang puncaknya pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda menyerahkan segala hal kekuasaannya kepada Indonesia. Organisasi PBB tidak berhenti disitu saja dalam membantu Indonesia, masalah kembalinya Irian Barat ke tangan Indonesia juga tidak lepas dari pengaruh organisasi PBB. Hal itu bisa dilihat dari organisasi PBB yang membentuk sebuah organisasi bernama UNTEA untuk mengatasi perselisihan Indonesia-Belanda mengenai perebutan Irian Barat. Hingga pada akhirnya tahun 1962, Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui badan khusus yang dibentuk PBB yaitu UNTEA.
Berlanjut pada masa pemerintahan presiden Soeharto, pengaruh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut masih dirasakan oleh Indonesia. Soeharto yang mengawali masa-masa pemerintahannya dengan bertumpu pada sektor agraris, mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengarah pada revolusi pangan. Berbagai aturan diberlakukan melalui program-program untuk meningkatkan produksi pertanian. Bibit unggul padi diberikan, teknologi tanam juga diterapkan sehingga terjadi suatu perubahan yaitu jika biasanya secara tradisional sawah-sawah hanya menghasilkan satu kali panen dalam setahun, maka setelah revolusi tersebut diterapkan panen padi bisa berlangsung dua hingga tiga kali dalam setahun. Puncaknya adalah ketika pada 1984 Indonesia dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras atau mencapai swasembada pangan.  Organisasi PBB khususnya lembaga FAO sangatlah berpengaruh dalam memotivasi dan mendorong Indonesia pada peningkatan hasil bahan makanan (pertanian,peternakan, kehutanan, perikanan) di Indonesia baik secara kualitas maupun kuantitas. Hasil tersebut pastinya membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Berjalannya waktu Soeharto tidak hanya fokus pada perekonomian dalam negri, Beliau mulai memberikan kebebasan bagi pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia, namun hal itu membawa ekonomi Indonesia mulai memburuk. Pada pertengahan 1997 di era Soeharto, perekonomian Indonesia mengalami krisis. Indonesia terlilit banyak hutang, baik itu hutang luar negri pemerintah maupun swasta. Pada akhirnya, organisasi PBB melalui lembaga IMF datang sebagai pemberi bantuan dana bagi Indonesia. Organisasi tersebut memberikan dana hingga mencapai $45 milyar yang ditujukan kepada Indonesia. Dana tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan kembali perbankan yang hampir bangkrut.
Tak hanya dalam bidang perdamaian dan ekonomi saja, PBB juga berpengaruh pada tingkat kualitas kesehatan di Indonesia. Dalam bidang kesehatan, lembaga WHO dibawah naungan PBB tersebut membantu Pemerintah, salah satunya yaitu mengatasi peredaran obat palsu yang merajalela di seluruh daerah Indonesia. Dalam hal ini, lembaga WHO berkerjasama dengan Department Kesehatan dan Dewan Pengawas Obat dan Makanan serta organisasi non-pemerintah (seperti LSM). Hasil penelitian yang dilakukan WHO terhadap obat-obat tersebut akan diserahkan pada Department Kesehatan di Indonesia. Peran WHO pastinya membawa pengaruh bagi Indonesia. Dengan adanya kerjasama tersebut, Indonesia mampu mengetahui, menetapkan, menghilangkan obat-obat yang dianggap berbahaya dari pasar yang ada, serta mempublikasikan kepada rakyat Indonesia supaya tidak mengkonsumsi obat-obat tersebut, sehingga kesehatan rakyat Indonesia terjamin secara menyeluruh.

Kehadiran PBB dengan lembaganya yang bernama ILO turut membawa pengaruh bagi di Indonesia. Adanya konvensi yang dikeluarkan ILO memengaruhi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah mengenai hak-hak perlindungan bagi buruh atau pekerja rumah tangga. Pemerintah Indonesia melindungi warga Negaranya yang bekerja sebagai buruh dari tindakan kekerasan, diskriminasi, pelecehan. Bahkan, Pemerintah tak segan-segan memberikan hukuman bagi pihak-pihak yang sengaja merampas hak-hak para buruh di Indonesia. Hal tersebut menujukkan bahwa lembaga khusus PBB yaitu ILO berpengaruh pada penegakan keadilan bagi seluruh warga Indonesia tanpa memandang status dari pekerjaan. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa organisasi internasional (PBB) melalui lembaga-lembaga khususnya ( FAO, IMF, WHO, dan ILO) membawa pengaruh bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.