Jumat, 11 September 2015

KEBEBASAN BERAGAMA DI RUSIA PASCA RUNTUHNYA UNI SOVIET

Rusia adalah sebuah negara besar dengan wilayah seluas 17.075.400 km². Negara tersebut memberikan arti penting dalam perkembangan ilmu sejarah sosial, politik, ekonomi,dan budaya untuk Rusia, Asia, dan Eropa. Peristiwa “Revolusi Rusia 1917” merupakan revolusi besar yang berpengaruh pada belahan dunia ini. Setelah kaum Bolshevik menang dalam Perang Sipil Rusia pasca revolusi, Uni Soviet didirikan pada tanggal 30 Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSFS Transkaukasia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia. Namun, Uni Soviet mengalami guncangan hingga bubar setelah mengalami Perang Dingin dengan Amerika Serikat pada tahun 1991. Hal tersebut diawali dengan Uni Soviet yang mengalami kemunduran ekonomi, negara ini mencoba untuk melihat kembali prinsip-prinsip dasar ideologinya. Di bawah kepemimpinan Gorbachev, Uni Soviet berusaha untuk bangkit menjadi Negara yang besar di dunia. Dengan digulirkannya Perestroika (menata kembali berbagai kebijakan di semua bidang kehidupan) dan Glasnot  (keterbukaan dari pergaulan internasional dan memperluas partisipasi masyarakat dalam Negara) oleh Gorbachev menimbulkan banyak perubahan di Rusia. Tampaknya keinginan Gorbachev untuk menjadikan Uni Soviet menjadi negara maju dengan dua prinsip tersebut justru menjadi sebaliknya, dibuktikan dengan terjadinya disintegrasi atau perpecahan negera adidaya ini hingga terpecah-pecah menjadi negara-negara yang memiliki kemerdekaan sendiri-sendiri, itulah menandai berakhirnya Era Perang Dingin (Cold War) antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat.
Sejak diterapkannya Perestroika dan Glasnost yang dicetuskan oleh Presiden Gorbachev pada tahun 1991, kehidupan manusia dari segala aspek mengalami perubahan. Salah satunya kehidupan keagamaan di Rusia menemukan momentum baru. Kehidupan agama yang semula selalu ditekan di bawah pemerintahan komunis, sekarang bermunculan ke permukaan sosial dengan penuh antusias. Dulunya, Uni Soviet mengarahkan rakyatnya untuk antiagama (sikap perlawanan terhadap agama). Pemerintahan komunis sangatlah keras dan tegas dalam menjalankan kebijakan tersebut. Pada saat periode Stalin sekitar tahun 1930, mereka tak segan-segan membakar maupun menghancurkan tempat ibadah dan diganti dengan fasilitas museum antiagama. Tak hanya itu, rakyat yang memeluk salah satu agama dan turut melakukan segala kegiatan yang menyangkut agamanya akan dianiaya dan dibunuh hingga meninggal dunia. Berbeda dengan sekarang, setelah Uni Soviet runtuh, pemerintahan di Rusia tidak lagi tertutup. Pemerintah membebaskan rakyatnya untuk menerima dan menjalankan hal yang lain, yaitu agama. Hal ini bisa dilihat dari masyarakatnya yang tidak lagi takut-takut mengenalkan identitas agamanya secara bebas. Negara Federasi Rusia dengan penduduk sekitar 140 juta, terdiri atas 71,8% Kristen Ortodoks,18% Islam, 1,8% Katolik, 0,7%Protestan, 0,6% Buddha, 0,3% Yahudi, 0,9% beragam sekte, sisanya tanpa agama. Di Rusia, undang-undang dan konstitusi tentang keagamaan Federasi Rusia hanya mengakui empat agama tradisional, yaitu Kristen Ortodoks, Islam, Buddha, dan Yahudi.
Pemerintah Rusia pun menyadari benar bahwa perkembangan keagamaan di negaranya akan berpengaruh dalam bidang sosial budaya dan perpolitikan, sehingga untuk tetap menjaga persatuan Rusia sebagai negara berdaulat, negara ini menempuh kebijakan strategis yakni dengan merangkul semua agama yang ada.  Hubungan antar agama-agama yang disebut sebagai agama tradisional di Rusia berlangsung cukup harmonis. Hingga saat ini belum ada dengan konflik yang berkepanjangan, karena kuatnya dukungan dan perhatian dari pemerintah bagi agama-agama yang ada. Salah satu contoh yaitu dukungan Pemerintah kepada umat Islam dengan menambah jumlah masjid, memberi fasilitas kegiatan pengiriman calon jemaah haji, dan mendukung aliansi Islam. Kini pemerintah Rusia dan rakyatnya bekerjasama menjaga toleransi antar agama. Pemerintah Rusia pun gencar mempromosikan toleransi antar umat beragama dengan cara merangkul gereja Kristen Ortodoks, yang menjadi agama terbesar di Rusia. Tak hanya itu saja, aliansi muslim di Rusia juga turut menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama. Mereka percaya bahwa hal ini dapat menciptakan suatu kerukunan warga negara dan mampu membuat suatu Negara menjadi maju dan besar, karena perpecahan apapun termasuk perpecahan agama di antara warga Negara bisa mengancam kesatuan Rusia. Jadi bisa disimpulkan bahwa runtuhnya Uni Soviet yang salah satu penyebabnya karena munculnya pemikiran-pemikiran yang mengacu pada liberalisme, sangatlah berpengaruh positif bagi Rusia dan rakyatnya untuk bebas memeluk agamanya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar