Rusia
adalah sebuah negara besar dengan wilayah seluas 17.075.400 km². Negara tersebut memberikan
arti penting dalam perkembangan ilmu sejarah sosial, politik, ekonomi,dan
budaya untuk Rusia, Asia, dan Eropa. Peristiwa “Revolusi Rusia 1917” merupakan
revolusi besar yang berpengaruh pada belahan dunia ini. Setelah kaum Bolshevik menang dalam Perang Sipil Rusia pasca
revolusi, Uni Soviet didirikan pada tanggal 30 Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSFS Transkaukasia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia. Namun, Uni Soviet
mengalami guncangan hingga bubar setelah mengalami Perang Dingin dengan Amerika
Serikat pada tahun 1991. Hal tersebut diawali dengan Uni Soviet yang mengalami
kemunduran ekonomi, negara ini mencoba untuk melihat kembali prinsip-prinsip
dasar ideologinya. Di bawah kepemimpinan Gorbachev, Uni Soviet berusaha untuk
bangkit menjadi Negara yang besar di dunia. Dengan digulirkannya Perestroika (menata
kembali berbagai kebijakan di semua bidang kehidupan) dan Glasnot (keterbukaan
dari pergaulan internasional dan memperluas partisipasi masyarakat dalam
Negara) oleh Gorbachev menimbulkan banyak perubahan di Rusia. Tampaknya
keinginan Gorbachev untuk menjadikan Uni Soviet menjadi negara maju dengan dua
prinsip tersebut justru menjadi sebaliknya, dibuktikan dengan terjadinya
disintegrasi atau perpecahan negera adidaya ini hingga terpecah-pecah menjadi
negara-negara yang memiliki kemerdekaan sendiri-sendiri, itulah menandai
berakhirnya Era Perang Dingin (Cold War)
antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat.
Sejak
diterapkannya Perestroika dan Glasnost yang dicetuskan oleh Presiden
Gorbachev pada tahun 1991, kehidupan manusia dari segala aspek mengalami
perubahan. Salah satunya kehidupan keagamaan di Rusia menemukan momentum baru. Kehidupan
agama yang semula selalu ditekan di bawah pemerintahan komunis, sekarang bermunculan
ke permukaan sosial dengan penuh antusias. Dulunya, Uni Soviet mengarahkan
rakyatnya untuk antiagama (sikap perlawanan terhadap agama). Pemerintahan
komunis sangatlah keras dan tegas dalam menjalankan kebijakan tersebut. Pada
saat periode Stalin sekitar tahun 1930, mereka tak segan-segan membakar maupun
menghancurkan tempat ibadah dan diganti dengan fasilitas museum antiagama. Tak
hanya itu, rakyat yang memeluk salah satu agama dan turut melakukan segala
kegiatan yang menyangkut agamanya akan dianiaya dan dibunuh hingga meninggal
dunia. Berbeda dengan sekarang, setelah Uni Soviet runtuh, pemerintahan di
Rusia tidak lagi tertutup. Pemerintah membebaskan rakyatnya untuk menerima dan
menjalankan hal yang lain, yaitu agama. Hal ini bisa dilihat dari masyarakatnya
yang tidak lagi takut-takut mengenalkan identitas agamanya secara bebas. Negara
Federasi Rusia dengan penduduk sekitar 140 juta, terdiri atas 71,8% Kristen
Ortodoks,18% Islam, 1,8% Katolik, 0,7%Protestan, 0,6% Buddha, 0,3% Yahudi, 0,9%
beragam sekte, sisanya tanpa agama. Di Rusia, undang-undang dan konstitusi
tentang keagamaan Federasi Rusia hanya mengakui empat agama tradisional, yaitu
Kristen Ortodoks, Islam, Buddha, dan Yahudi.
Pemerintah
Rusia pun menyadari benar bahwa perkembangan keagamaan di negaranya akan
berpengaruh dalam bidang sosial budaya dan perpolitikan, sehingga untuk tetap
menjaga persatuan Rusia sebagai negara berdaulat, negara ini menempuh kebijakan
strategis yakni dengan merangkul semua agama yang ada. Hubungan antar agama-agama yang disebut
sebagai agama tradisional di Rusia berlangsung cukup harmonis. Hingga saat ini
belum ada dengan konflik yang berkepanjangan, karena kuatnya dukungan dan
perhatian dari pemerintah bagi agama-agama yang ada. Salah satu contoh yaitu
dukungan Pemerintah kepada umat Islam dengan menambah jumlah masjid, memberi
fasilitas kegiatan pengiriman calon jemaah haji, dan mendukung aliansi Islam. Kini
pemerintah Rusia dan rakyatnya bekerjasama menjaga toleransi antar agama. Pemerintah
Rusia pun gencar mempromosikan toleransi antar umat beragama dengan cara merangkul
gereja Kristen Ortodoks, yang menjadi agama terbesar di Rusia. Tak hanya itu
saja, aliansi muslim di Rusia juga turut menumbuhkan sikap toleransi antar
umat beragama. Mereka percaya bahwa hal ini dapat menciptakan suatu kerukunan
warga negara dan mampu membuat suatu Negara menjadi maju dan besar, karena
perpecahan apapun termasuk perpecahan agama di antara warga Negara bisa
mengancam kesatuan Rusia. Jadi bisa disimpulkan bahwa runtuhnya Uni Soviet yang
salah satu penyebabnya karena munculnya pemikiran-pemikiran yang mengacu pada liberalisme,
sangatlah berpengaruh positif bagi Rusia dan rakyatnya untuk bebas memeluk
agamanya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar